Hampir semua manusia pernah mengalami dimana harus melamun untuk menenangkan pikiran dalam kondisi tertentu. Biasanya seseorang mulai melamun ketika sedang kesepian, putus cinta, ditinggal oleh orang tersayang (meninggal), dan lainnya. itu sangat wajar terjadi pada kita.
Apa itu Maladaptive Daydreaming?
Gejala Maladaptive Daydreaming
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa pengidap maladaptive daydreaming ini akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk melamun daripada melakukan sesuatu hal yaang lebih bermanfaat. Bahkan pengidap MD akan bisa lupa segalanya ketika melamun mulai melanda seperti lupa makan, mandi, schedule lainnya pada hari itu. Walaupun hanya melamun sekitar 10-15 menit, tapi intensitas yang lebih sering yang membuat mereka bisa seharian hanya melamun saja.
2. Emosional dalam lamunan yang relate dengan kehidupan nyata
Pengidap MD senantiasa menyalurkan emosional yang ada didalam lamunannya dan aplikasikan dalam kehidupan yang sebenarnya misalnya bisa berbicara sendiri, menangis, tertawa dan lainnya. Tapi orang yang terkena maladaptive daydreaming bisa sadar bahwa dirinya sedang berkhayal.
3. Jenis lamunan yang rumis dan detail
Tidak seperti kebanyakan orang yang melamun, pengidap MD akan melamun dengan topik-topik yang rumit dan detail bahkan lebih rumit dari penggambaran dari cerita sebuah novel. Mereka akan memposisikan dirinya dari apa yang sedang dia pikirkan sehingga dirinya akan menjadi tokoh utama dalam sebuah cerita yang alur ceritanya mereka gerakkan sendiri.
4. Mudah terbawa suasana yang akhirnya melamun
Ketika pengidap maladaptive daydreaming sedang sendirian/kesepian senantiasa mereka akan ada seperti dorongan untuk mulai melamun. Klo orang-orang biasa ketika kesepian pastinya akan main keluar atau bermain game atau menonton youtube atau lainnya yang melakukan aktifitas aktif sedangkan pengidap MD lebih memposisikan diri untuk melamun. Tidak hanya sedang kesepian saja ketika mereka mendengarkan musik, menonton film, membaca novel, dan lainnya akan sangat mudah untuk terbawa dan menggambarkan dalam sebuah lamunannya
Dampak Maladaptive Daydreaming
1. Kesulitan konsentrasi
Ini pasti akan dirasain sama pengidap DM karena terlalu seringnya kita melamun membuat konsentrasi kita setiap saat selalu pecah sehingga kita tidak bisa terlalu fokus akan satu hal yang sedang dikerjakan. Namun jika tidak ada pemicu untuk membuat kita melamun mereka juga bisa fokus kok seperti halnya orang-orang lainnya.
2. Kurang produktif
Karena banyak faktor yang memicu kita untuk melamun sehingga sesuatu hal yang harus kita kerjakan terkadang tidak selesai tepat waktu. Misalnya ketika kita belajar yang harusnya bisa mengerjakan tugas hanya 10 menit, karena kamu melamun bisa selesai sampai berjam-jam. Rugi banget kan klo sampai gitu.
3. Kehidupan sosial yang terganggu
Intensitas melamun yang berlebihan membuat mereka menutup diri untuk bersosial dengan lingkungannya karena mereka menganggap bahwa melamun lebih mengasyikan daripada harus bergaul dengan banyak orang. Kebanyakan orang-orang yang mengidap maladaptive daydreaming adalah seorang introvert karena ini sangat relate banget dengan kriterianya.
Perbedaan Maladaptive Daydreaming dengan Skizofrenia
MD dan skizofrenia memiliki kesamaan yaitu kondisi melamun yang berlebihan dan menciptakan sebuah cerita atau fantasi didalam lamunannya. Tetapi untuk skizofrenia dia terjebak dalam lamunannya dan tidak bisa membedakan antara dunia khayalan dengan dunia nyatanya. Mereka menganggap apa yang terjadi dalam lamunannya adalah sesuatu yang sedang dia alami didunia nyata. Sedangkan maladaptive daydreaming dia sadar bahwa lamunannya hanya sekedar khayalan semata.
Cara mengatasi Maladaptive Daydreaming
1. Terbuka ke keluarga atau orang terpercaya
Cobalah untuk menceritakan sama keluarga terutama orang tua, kakak/adik bahkan bisa juga ke sahabat atau orang lainnya yang kamu percaya. Meski kita tahu bahwa keluarga akan menganggap kita hanya terbawa sugesti saja atau menceritakan sesuatu yang mengada-ngada. Mereka tidak tahu apa yang kita alami, harusnya mereka memberikan solusi kepada kita dan mengapresiasi karena kita berani untuk terbuka dan bercerita sama orang tua, gak banyak orang loh yang berani terbuka sama orang tua tentang masalahnya atau jika kamu tidak mendapatkan solusi dari orang-orang sekitar, coba untuk datang ke psikolog karena pasti kamu akan mendapatkan solusinya dari orang yang lebih profesional.
2. Setting Alarm
Karena pengidap maladaptive daydreaming tidak bisa mengontrol dirinya ketika melamun, lebih baik kamu coba pasang alarm setiap beberap menit sekali agar kamu bisa tahu waktu dan mencegah kamu melamun lebih lama lagi dan kamu bisa setting alarm setiap15-30 menit sekali itu udah cukup lah.
3. Tuangkan dalam sebuah tulisan
Kita melamun dan membuat cerita sendiri dalam lamunan, bagaimana klo kita manfaatkan kekurangan kita menjadi sebuah karya yang bisa dibaca orang banyak suatu saat nanti. Misalnya dari cerita yang kita pikirkan tuangkan dalam sebuah blog atau media lainnya dan bisa saja hasil-hasil dari tulisan kita bisa menjadi sebuah novel. “Orang yang hebat adalah orang yang bisa mengolah kekurangan kita menjadi sebuah kelebihan baru.” –Robby Jungjunan–
4. Jauhi pemicu Maladaptive Daydreaming
Setelah kita tahu gejala-gejala MD dan pemicunya, cobalah kamu untuk menghindari sendirian dikamar, tiduran sambil mendengakan musik dan lainnya yang memiliki suasana yang sepi atau sunyi yang akan memicu kamu untuk bisa melamun. Perbanyak aktifitas yang melibatkan kamu dengan orang banyak atau kesibukkan-kesibukkan yang akan membuat kamu lupa atau bahkan tidak sempat untuk melamun.
Itu sedikit informasi tentang maladaptive daydreaming, jika bermanfaat jangan lupa share keteman dan media sosial kamu agar mereka tahu apakah mereka mengalami maladaptive daydreaming atau tidak. Berkomentar juga jika kamu ingin bercerita tentang kondisimu atau memiliki saran lain seputar maladaptive daydreaming.